![]() |
Foto Penulis |
Indikatoralor.com - Tahun ini adalah tahun yang sangat panas dimana masyarakat bisa bermusuhan karna beda pendapat dalam menentukan calon presiden. Sebagai mahasiswa harus bisa mengkontrol dan mengikuti politik yang saat ini terjadi di Indonesia. Kita mahasiswa yang dalam tercanangkan gelar agent of change dan agent of social control sudah sepatutnya ikut nimbrung mengamati permasalahan permasalahan di Indonesia. Merenungi kejadian kejadian yang telah berlangsung, dan mengkaji untuk mengetahui kebenarannya.
Jangan hanya bisa berasumsi tetapi tidak ada wujud nyata dalam pengambilan keputusan. Pergesekan - pergesekan telah terjadi dan dipertontokan secara gamblang kepada masyarakat awam. Dalam situasi ini, Masyarakat hanya plonga - plongo dalam menyikapi hal ini karna mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan alias serba dilema. Pengiringan opini publik telah terjadi dan disusun secara rapi yang mengakibatkan nalar kritis para penggiat akademik dan aktivist kampus dibungkam olehnya. Entah bagaimana kita meyikapi hal ini menjelang pesta demokrasi 17 April 2019 yang akan datang.
Kini kampus kampus telah ditargetkan sebagai wadah kampanye secara halus. Bukankah sebaiknya kampus sebagai penetral dalam terjadinya politik tikus di kampus ? Bukankah kampus tidak boleh ikut campur dalam kepentingan politik tikus ini? Apakah ini yang disebut memperebutkan kekuasan yang berdampak didalam kampus?
Dimana para tokoh-tokoh kampus yang merasa didirinya paling benar dalam menyikapi hal ini. Apakah suara mereka telah dibungkam? Percayalah suara kita mahal dalam menuntukan kehidupan di Indonesia untuk kedepannya jangan mau dibungkam oleh kepentingan yang mengatasnamakan kelompok.
Hari ini telah terjadi Seminar Kebangsaan yang dihadiri Bapak terpenting nomer 2 yaitu Jusuf Kala di Salahsatu perguruan tinggi di Malang. Banyak yang pro dan kontra dalam hal ini karna ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak di ingkan. Banyak yang menolak seminar ini karna kampus seharusnya sebagai penetral dalam politik tikus.
Tapi,mengapa para pejabat kampus malah justru mendukung untuk melaksanakan seminar kebangsaan ini. Apa yang ada di pikiran oleh mereka. Keamanan kampus diperketat seakan akan disebagai mahasiswa seperti penyusup didalamnya.
Apa maksud dibalik ini ?
Setelah seminar kebangsaan selesai banyak mahasiswa yang melakukan Orasi Mimbar Bebas di depan gedung rektorat untuk menuntut apa yang telah di lakukan. Mungkin mereka menyadari bahwa secara tidak langsung bahwa telah terjadi kampanye secara halus. Mereka adalah para mahasiswa menegakkan melonak politik tikus dikampus. Memang benar keliatannya seperti anarkis dan rasis tapi mereka adalah mahasiswa mahasiswa yang nalar kritisnya tidak dibungkam serta yang ingin kampusnya bersih dati politik tikus. Itulah sikap berontak mereka dalam menyikapi permasalah yang terjadi karna mereka mahasiswa sebagai agent of social control. Karna mereka tidak ingin kampusnya terlibat dalam kompetisi yang tidak edukatif ini.
Demokrasi di negara ini harus ditegakkan lagi. Jangan sampai menjadi alih fungsi sebagaimana mestinya. Harus berjalan sesuai prosedur yyang ada dan jangan mau ditindas oleh kepentingan yang mengatasnamakan kelompok untuk mewujudkan hasrat mereka. Suara kita mahal jangan sampai dibungkam olehnya.
Penulis: Riven
Status : Mahasiswa Pend. Matematika UMM
Editor : Redaksi Indikatoralor.com